Edisi Mancing di Tanjung Kait - Part 2 of 3


GETSTRIKE IKAN YANG PERTAMA
Diatas bagan juga terdapat tenda jerami yang dilapisi dengan terpal dan digunakan sebagai tempat berteduh saat panas dan hujan serta bisa menjadi tempat tidur disaat lelah memancing. Alhamdulillah selama perjalanan dan kondisi laut sangat cerah dengan ombak yang tenang jadi kami tidak begitu khawatir. Disaat Kawan-kawan saya mengeluarkan perlengkapan mancing nya, saya dengan berbekal lampu senter saya memeriksa kondisi bagan, terutama lantai panggung nya yang terbuat dari susunan bambu dan kayu. Karena ini penting sekali mengetahui kondisi bagan jika memang terdapat bambu yang rapuh yang bisa membahayakan kita. Disaat mengecek kondisi bagan yang berukuran lebar 4 meter, panjang 10 meter dan dengan ketinggian dari 4 meter dari permukaan air laut. Batin saya bertanya "ini gimana caranya bikin nya ya? bikin panggung di tengah laut dengan bagan yang masih kuat". Ah mungkin pertanyaan itu bisa saya lontarkan ke Mang Ucin dikeesokan harinya.

Melihat kawan memasang umpan saya enggak tega melihat cacing yang masih hidup yang ditusuk kemudian disematkan mengikuti lekukan kail. Oleh karena itu dengan alasan karena saya tidak bisa masang umpan ke kail akhirnya saya selalu minta tolong dipasangin umpan, pokoknya yang saya mau adalah terima beres tinggal lempar joran ke laut aja tidak perlu mengotori tangan dengan memasang umpan cacing. Karena kami mancing dalam kegelapan pada saat malam hari seperti nelayan yang mencari ikan pada malam hari, kawan saya memasang batang fospor glow in the dark seukuran batang korek api setelah dibengkokkan dan digoyang-goyangkan agar cairan fospor menyatu dan setelah menyala kemudian diikat dengan karet di ujung pancingan. Lantas saya bertanya, apa maksud penggunaan phosphor yang diikat di ujung pancing?. Kawan saya menjawab, "fospor glow in the dark berfungsi agar kita bisa mengetahui dalam gelap batas ujung pancing kita, misalnya umpan dimakan ikan maka pergerakan pancing meskipun suasana dalam gelap bisa kita ketahui cukup dengan melihat phospor nya saja, ujung pancingan yang dipasang fospor yang berwarna warni juga sangat berguna disaat kita mancing beramai-ramai agar pancingan kita tidak tertukar dengan pancingan lain".

Saya juga diajarkan oleh kawan saya teori dalam mancing, seperti bagaimana cara memasang umpan, bagaimana cara melempar joran, bagaimana cara menggulung benang reel saat umpan dimakan ikan. Setelah teori yang diberikan kepada saya sudah cukup, kami 6 orang langsung memilih posisi sendiri-sendiri di pinggir bagan. Saya sendiri masih gak percaya pada diri saya sendiri "wah akhirnya saya bisa punya pengalaman baru yaitu mancing pertama kali, di laut dan mancing dimalam hari. Saya juga baru pertama kali merasakan betapa sunyi nya malam di tengah lautan, hembusan angin laut yang dingin, keindahan dalam gelap yang terlihat hanyalah warna-warni yang menyala yang berasal dari dalam air laut yang disebabkan oleh plankton laut dan kilauan sisik ikan-ikan yang berenang. Sungguh saat itu yang saya rasakan adalah saya sedang jauh dari rumah, jauh dari rutinitas kesibukan pekerjaan, jauh dari masalah. Yang ada didalam hati selama masih di bagan diatas laut adalah keyakinan dan doa, pasrah Insyaallah kami semua baik-baik saja serta bisa selamat sampai kerumah.

SUASANA MANCING DI BAGAN
Saya tidak tau persis siapa kawan yang saat itu mendapat ikan pertama kali, yang pasti sih bukan saya dan pancing saya masih utuh walaupun sempat 2 kali umpan saya terasa dimakan ikan tapi ikan begitu ditarik, ikan nya tidak tersangkut di kail. Akhirnya lagi-lagi saya minta bantuan kawan untuk dipasangin umpan, setelah selesai saya lempar kira-kira 5 menit dari umpan yang ketiga akhirnya saya dapat ikan juga. Kecil sih hanya seukuran 2 jari, tapi lumayan lah membuat saya makin penasaran untuk dapat ikan-ikan ukuran lainnya.

Ritme mancing kawan-kawan dan saya sendiri sangatlah cepat kira-kira tidak sampai 15 menit kawan-kawan secara bergantian sudah dapat ikan, termasuk saya sendiri. Ikan yang terkumpul sampai dengan menjelang jam 4 dinihari sudah mencapai 20 ekor, entah jenis ikan apa yang didapat tapi rata-rata ikan yang didapat adalah ikan yang setelah dipancing mengeluarkan suara "krok krok krok" seperti suara kodok tapi sangat pelan. Sesekali kami istirahat minum kopi bakar rokok sambil makan snack kacang, saya juga kasihan dengan kawan saya yang selalu dimintai pertolongan pasang umpan. Akhirnya saya berinisiatif sendiri untuk belajar dan mencoba masang umpan sendiri, jadi saya tidak perlu lagi minta bantuan terus-menerus dipasangin umpan dan hasilnya saya pun juga bisa memasang umpan sendiri.

INDAHNYA LAUT TANJUNG KAIT SAAT PAGI HARI
Seorang kawan saya berkata "Kalau lagi gelap seperti sekarang ini kita tida bisa melihat apa-apa, tapi nanti kalau sudah menjelang pagi hari pemandangan nya indah banget". Saya jadi penasaran begitu jam 5 kami sudah berangsur-angsur istirahat, tapi masih ada beberapa teman yang masih menunggu pancingan nya. Saya hanya duduk di pinggir bagan dengan tangan bersandar Ke pembatas bagan sambil menatap kearah matahari terbit (sunrise). Keadaan makin lama makin terang, terlihat juga aktivitas kapal yang melewati perairan Tanjung Kait, perahu-perahu nelayan juga sudah terlihat lalu lalang seolah menandakan bahwa kesibukan pelaut akan dimulai di pagi yang cerah itu. Matahari terbit sangat indah, panorama lautan di kejauhan pun semakin bisa terlihat. Ikan-ikan yang berenang keatas permukaan air juga semakin bisa terlihat, bahkan ada beberapa ikan besar yang loncat keatas air. Subhanallah begitu indah lautan di Tanjung Kait.

Disaat suasana sudah terang kami tidak ingin melewati keindahaan matahari terbit kami juga berfoto-foto setelah lelah semalaman begadang. saat itu sekitar jam 9 pagi umpan cacing lur sudah semakin sedikit dan berkurang, kawan-kawan yang lelah dan ngantuk termasuk saya sendiri akhirnya istirahat tidur dibawah tenda dengan kesejukan angin laut dipagi hari. Kurang lebih 2 jam saya tertidur, begitu bangun tubuh terasa segar sambil melihat umpan ternyata sudah habis dan ikan yang terkumpul juga tambah banyak sekitar 50 ekor. Selanjutnya via handphone kawan saya menelpon Mang Ucin untuk dijemput jam 12, karena terlihat pada saat jam 11 ada kawan yang masih tertidur. Sambil berberes dan menghitung ikan kami menunggu jemputan Mang Ucin. Tak lama kemudian sebelum jam 12 terlihat di kejauhan ada perahu nelayan yang menghampiri bagan kami, oh ternyata itu Mang Ucin yang datang tepat waktu menjemput kami. Kami pun bergegas turun dari bagan dan naik keatas perahu yang dilanjutkan perjalanan pulang ke pantai.

Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Get Strike Now - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger